What are you lookin’ for? [Chapter 6]

cover zelo

Author                  :

  • Yoon Minhyo

Cast                       :

  • BAP’s Zelo aka Choi Junhong
  •  Choi Ah Raa [OC]

Supp Cast            :

  • Another BAP’s member

Genre                   : Romance

Rate                       : PG

Length                  : Chaptered

Disclaimer           :

  • Zelo punya kalian ^^ author punya Youngjae /.\
  •  Ps : Author kehilangan POV mereka semua untuk chapter ini 😦

 

“One day you’ll realize that you lost the moon while counting the stars.”

***

Daehyun menyusuri sebuah jalan lurus yang nampakakan membawanya kesesuatu tempat yang sama sekali tidak pernah Ia ketahui sebelumnya. Jalan itu dipenuhi oleh pepohonan besar yang mulai menggugurkan daun-daunnya yang menguning karena kering.Angin musim gugur yang terus berhembus perlahan membawa ketenangan didalam hatinya.

Namun dalam sekejap ketenangan itu memudar.Kini dapat dilihatnya sesosok yeoja dengan rambutnya yang panjang tergerai perlahan melangkah menghampirinya, “Ah Raa?”Panggilnya pelan.

Daehyun berusaha memastikan bahwa yeoja yang saat itu tengah berdiri menatapnya samar-samar adalah Choi Ah Raa, namun langkah demi langkah semakin dirinya mendekatinya sosok yeoja itu semakin terlihat, dan kini dapat Ia rasakan sebuah gemuruh keras didalam dadanya.

“—Hyo?” Lirihnya pelan. Daehyun bagai kehilangan kata-katanya begitu kini dapat Ia lihat dengan begitu jelas, sosok yeoja yang pada awalnya Ia kira adalah Ah Raa ternyata adalah sesosok yeoja yang begitu Ia rindukan.

Benar.Sosok Hyorin dengan rambut panjangnya yang tergerai menatapnya sedih, dan—menangis? Astaga! Daehyun mulai kehilangan akal sehatnya begitu perlahan air mata Hyo jatuh mengalir membasahi pipinya yang nampak semakin mengurus,

“Hyo-ah—uljimaa” Ujar Daehyun pada yeoja itu, namun Hyo tak menghentikan tangisnya, dan hal itu membuat hati Daehyun terasa sesak.

“Hyo!”

Uljimaa—”

“HYO!”

“HYOOOO!”

“Ya!!Daehyun?Kau baik-baik saja?”

Seketika Daehyun mengerjapkan kedua matanya, suara berat Himchan barusan benar-benar membuatnya tersentak.Namja itu terdiam, mencoba kembali mengatur nafasnya yang kini terengah-engah.

Himchan yang sejak tadi berada dibalik kemudi, melirik sosok Daehyun yang terduduk di jok belakang melalui kaca spionnya, “Terjadi sesuatu?”Tanyanya lagi, seraya menaikan sebelah alisnya heran, begitu mendengar Daehyun yang nyaris berteriak.

Gwenchana” Lirih Daehyun pelan, kini pikirannya tertuju pada mimpinya tadi.Mimpi? Astaga! Apa yang sudah Ia lakukan hingga mimpi seperti itu berani muncul dalam tidurnya.

“Kau menyebut nama Hyo tadi, nampak sekali kau terlalu banyak memikirkannya”

Daehyun kembali tersentak mendengar kalimat Himchan barusan, “Bagaimana kau bisa begitu mengerti?”

Himchan kembali mengangkat sebelah alisnya, “Jadi benar?”

“Entahlah” Daehyun menatap lurus kedepan, “Hyo datang padaku dan—menangis” Ujarnya lagi begitu pelan bahkan nyaris tak terdengar.

“Menangis?”

Daehyun mengangguk, “Apa Ia menangis karena melihat apa yang kulakukan pada Zelo?Apa Ia menangis karena melihat Zelo tersakiti??”

Himchan menarik nafas panjangnya, “Mungkin saja”

“…………………”

“Ya! Himchan”

Himchan kembali melirik Daehyun melalui kaca spionnya, “Ada apa?”

“Apa kau tau alasannya?Mengapa Hyo harus menangis untuk Zelo? Seharusnya Ia menangis untukku!”

Himchan terdiam sesaat kemudian sebuah senyum pahit terlukis diwajahnya, perhatiannya masih tertuju pada jalanan luas dihadapannya, “That’s easy, Daehyun”

Wae?”

“—Hyo mencintai Zelo. Hanya itu”

***

Ah Raa membenamkan tubuhnya diatas ranjang. Kini dapat Ia rasakan seluruh tubuhnya bergetar, terlalu banyak hal yang terjadi hari ini ciumannya dengan Daehyun, Ciumannya dengan Zelo, bahkan pertengkaran hebat antara Daehyun dan Zelo yang jelas-jelas terjadi dihadapannya tadi benar-benar membuatnya sulit berpikir.

“Hanya berhenti melihat Choi Ah Raa sebagai Hyo, ZELO!”

“Aku?Atau kau yang melihatnya sebagai sosok Hyo?”

“KAU!! Hyorin sudah mati,Zelo! Dan kau yang membuatnya seperti itu!”

Perlahan tangis Ah Raa kembali pecah begitu penggalan-penggalan kalimat yang diucapkan oleh kedua namja itu kembali terngiang-ngiang didalam benaknya. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

”Kau yang membunuhnya Zelo! KAU MEMBUNUH HYO!!!”

“Benar. Aku yang membunuh Hyo”

Kedua mata dingin Zelo yang menatapnya tadi benar-benar membuat hatinya terasa sakit.Begitu pula ketika mendengar ucapan Daehyun yang semata-mata membuktikan padanya bahwa selama ini Zelo tak pernah melihatnya, pada kenyataanya sosok Hyo lah yang selalu dilihat Zelo selama ini dan ciuman tadi pastinya sebuah kesalahan.

Ah Raa kembali mengutuk dirinya sendiri yang nyatanya benar-benar bodoh. Ia bahkan tak pernah memperkirakan hal ini sebelumnya, karena sampai kapanpun sosok Hyo tak akan pernah bisa menghilang dari dalam hati Zelo.

***

“—Hara? Apa yang terjadi?”

Hara segera menghambur mendekap laki-laki bertubuh jangkung itu begitu suara paraunya terdengar.Sosok Zelo kini nampak terlihat dari balik pintu apartmentnya, sementara sosok cantik Hara kembali tak lagi dapat menahan isak tangisnya.

Saat itu juga Hara sadar bahwa semuanya akan berubah, dan apapun yang terjadi Ia hanya akan tetap berdiri disamping Zelo. Mengapa?Ia bahkan tak memerlukan sebuah alasan untuk melakukannya, atau jika memang harus satu-satunya alasan yang Ia miliki hanya karena laki-laki itu adalah Zelo, Choi Junhong.

“Listen to me, Junhong! Semua yang terjadi hari ini benar-benar bukanlah kesalahanmu!!”Hara berbisik lirih begitu kembali dapat menahan tangisnya, nampak sekali suaranya bergetar hebat.

Zelo menarik diri dari dekapan Hara, dan kini kedua pasang manik mata mereka saling bertemu, menatap satu-sama lain, “Apa yang terjadi, Hara?!! Katakan!!”

…..

“Hara!!!Katakan!!” Kali ini pertanyaannya telah berkembang menjadi sebuah paksaan yang berhasil menghentak Hara, membuat wanita itu  mengerjapkan kedua matanya, dan kembali memeluk Zelo, “Sebuah kecelakaan baru saja menimpa—Hyo, and now—she’s pass away”

BRUK!

Hara masih tidak melepaskan dekapannya begitu tubuh Zelo perlahan ambruk bagai kehilangan seluruh jiwanya, pada detik berikutnya dapat Ia rasakan tubuh jangkung Zelo kini bergetar hebat, sangat hebat, degub jantungnya bahkan dapat Ia dengar, deru nafasnya perlahan tak lagi terkendali dan semakin memburu. Tak terdapat sepatah kata apapun yang dapat diutarakan oleh Zelo saat itu.

Sekejap perasaan sesak dapat Hara rasakan menusuk dadanya begitu perlahan butiran-butiran air mata itu mulai menyeruak. Hal seperti ini benar-benar tak pernah terjadi sebelumnya, selama menjalani kehidupan yang hampir selalu Ia lewatkan bersama Zelo, ini pertama kalinya, pertama kali Ia melihat Zelo menangis.

“A—aku membunuhnya, Hara? Aku membuatnya seperti itu” Suara Zelo terdengar makin parau begitu isak tangis kini seakan turut melengkapi ujaran penuh lirihnya, “Ap—a yang harus dilakukan,Hara? Bagaimana mungkin?Kau pasti bercanda?Benar?!!”Ia kembali berandai-andai, kedua matanya kembali menatap manik mata Hara, namun tak dapat Ia temukan setitik saja kebohongan disana.

“Dengar, Junhong. Satu-satunya yang harus kau lakukan mulai saat ini hanyalah menutup kedua matamu, kedua telingamu, dan juga membiarkannya pergi.Hanya itu, Junhong!”

…..

“A—ku tak bisa melakukannya, Hara!!!!Rasanya Sakit sekali!!!!”Zelo nyaris berteriak.

Hara tetap tak bergeming, dan hanya terus menattap kedua manik mata itu lekat-lekat,, “Tak perlu lagi ada sosok Choi Junhong yang menangis seperti ini. Kau Zelo!—dan selamanya akan menjadi Zelo”

“Kau harus berjanji, Zelo! There’s no more Junhong, looks like eight years ago”

“—Maaf”

Hara berusaha untuk berhenti terisak, dan kini kembali mengangkat wajahnya dan menatap Zelo yang benar-benar terlihat rapuh, “Hanya untuk hari ini, Zelo. Kau bisa kembali menjadi Choi Junhong”

….

….

….

Gomawo, Hara” Lirih Zelo lagi, kali ini dapat Hara rasakan kepala Zelo yang bertumpu dibahunya, “Kau tau, Hara? Rasanya sakit sekali”

Hara tersenyum pahit, salah satu tangannya membelai lembut rambut Zelo yang saat ini nampak berantakan, “Kau tidak mengingatnya, Junhong? Setiap rasa sakit yang kau rasakan, kau harus membaginya padaku juga”

“—tapi, aku membunuh Hyo”

Lagi-lagi penggalan kalimat yang baru saja dilirihkan Zelo berhasil menghancurkan hatinya bahkan membuatnya terasa begitu sakit. Hara merengkuh namja yang jauh lebih tinggi daripadanya itu masuk kedalam pelukannya, dapat Ia rasakan kini tubuh Zelo bergetar hebat.

Kenangan,rasa sakit, dan juga mimpi buruk itu kini kembali, “Kau tidak membunuhnya, Junhong! Semua yang terjadi pada Hyo adalah takdir, dan sampai kapanpun tak ada satupun diantara kita yang dapat merubah takdir itu”

Zelo tetap tidak bergeming, deru nafasnya perlahan semakin memburu tak beraturan.Hara tau benar, Zelo tak sekuat seperti yang terlihat.Perasaan cinta bahkan perasaan bersalahnya pada Hyo perlahan membuatnya semakin rapuh dan rapuh.Perasaan itu kini bagai mengikis tiap dinding pertahanan yang Zelo buat setiap saat, dan pertengkaran hebatnya tadi dengan Daehyun bagai membombardir dinding itu dan menghancurkannya hingga berkeping-keping.

“Kau tidak akan pernah sendirian, Junhong!Bahkan ketika seluruh dunia berpaling darimu” Hara perlahan melepaskan pelukannya pada Zelo, dan kedua matanya yang bahkan tidak dapat lagi mengeluarkan airmata itu menatap kedua mata Zelo yang kini bagaikan sebuah cermin yang terpecah belah.

Jemari-jemarinya dengan lembut menghapus jejak air mata yang menghiasi wajah rapuh Zelo, dalam hatinya Hara berjanji tak akan membiarkan setetespun air mata jatuh menuruni pipi Zelo. Ya, Ia berjanji didalam hatinya.

***

Seakan dunia masih terus memaksa mereka untuk melanjutkan kehidupan.Hari itu, suasana di sekolah, atau bahkan di kelas benar-benar cukup hening menurut Ah Raa. Entah dengan alasan apa, Zelo dan Hara, tak satupun dari keduanya masuk sekolah hari itu, dan Ah Raa benar-benar merasa kehilangan, terutama sosok Hara yang selama ini selalu berada di sisinya.

Masih tanpa semangat apapun, Ah Raa melangkahkan kedua kakinya menuju cafetaria ketika waktu makan siang tiba seorang diri, yeah seorang diri tanpa siapapun ingin Ia ajak berbicara belakangan ini, dan ketika Ia baru saja tiba kedua sosok laki-laki itu berhasil menarik perhatiannya, Daehyun dan juga Himchan yang dengan segera melambaikan salah satu tangannya pada Ah Raa, seakan mengisyaratkan wanita itu untuk segera datang pada mereka.

“Hei—lama tidak berjumpa” Sapa Ah Raa ketika kini Ia dan Himchan saling berpandangan, namun tidak dengan Daehyun yang hanya tetap terfokus pada makanannya, membuat Ah Raa sedikit merasa tidak enak, karena bagaimanapun sejak kejadian saat itu tak satupun di antara mereka yang saling bertemu, baik Ia dan Daehyun, Ia dan Zelo, Ia dan Himchan, ataupun Ia dan Hara, dan sekarang semuanya seakan harus kembali menatap kenyataan itu.

Yeah, bagaimana kabarmu?Kau baik-baik saja?Ku dengar hari ini Zelo dan Hara tidak datang ke sekolah, benar?”Himchan mulai membuka pembicaraan langsung menuju pada hal yang memang seharusnya mereka bicarakan, hingga akhirnya membuat Daehyun bergidik dan merasa tidak ingin mendengarnya, “Aku hanya akan pergi ke kelas duluan.Sampai nanti” Ujar Daehyun yang tiba-tiba saja beranjak dari posisinya, dan segera melangkah pergi.

Ah Raa masih saja menatap kepergiaan Daehyun dengan perasaan sedih dan berakhir ketika dehaman Himchan berhasil membuatnya tersentak, “Ah, ya? Ya.Benar. Entahlah, baik Zelo ataupun Hara, aku—“ Ujarnya kemudian tak karuan.

“Baiklah. Semuanya pasti merasa berat saat ini” Himchan hanya mengulaskan senyumnya, dan kemudian menopang dagu, memandang hal lain dengan tatapan kosong. Entah bagaimana Himchan selalu saja berhasil untuk terlihat tenang, atau sekiranya terlihat seperti tidak memikirkan hal-hal yang terjadi.

“Himchan..?”

“Ya?”

Kini perhatian Ah Raa benar-benar tertuju pada laki-laki itu, menatapnya khawatir atas semua yang telah terjadi, “Bagaimana dengamu?Apa kau baik-baik saja?”

“Aku?”

“Kau dan—Hara?”

Himchan yang semula mulai menaruh perhatiannya pada sosok Ah Raa, kemudian hanya mengulas senyumnya dan tertawa kecil, “Haruskah aku memberitahumu, Ah Raa? Sejak awal aku benar-benar sudah merasa jikalau tak satupun dari kami pada akhirnya akan bisa bersama untuk seterusnya”

“Apa yang sebenarnya kau coba untuk bicarakan, Himchan?”

“Sama seperti Daehyun dan Hyorin sebelumnya, terdapat sebuah hubungan yang lebih rumit di antara Zelo dan Hara, yang tak satupun di antara kami dapat mengertinya, karena hingga kapanpun hanya mereka berdua yang benar-benar mengetahui” Himchan kemudian mengandai-andai, dan kembali menatap kejauhan, “Entah apa yang harus dilakukan, ketika sebagian diri Hara hanyalah zelo yang memilikinya, dan baik Hara maupun Zelo, tak pernah ada satupun dari keduanya yang berusaha untuk melepaskan diri”

Ah Raa hanya terdiam tanpa sepatah kata apapun, semua hal yang baru saja Himchan utarakan seakan memaksa otaknya untuk berputar lebih keras dan keras sekali, “—tetapi, sebelumnya apa yang terjadi pada Hyorin saat itu—“

“Hal seperti itu terkadang selalu terjadi di luar kendali, dan ketika Zelo memutuskan untuk lepas pada saat itu maka Hara hanya akan melepaskannya, tetapi hal itu tidak akan pernah berlaku untuk sebaliknya, bahkan ketika Hara jatuh cinta pada laki-laki lain, Ia hanya tak akan melepaskan Zelo kecuali laki-laki itu yang memang ingin kembali melepasnya seperti saat itu”

“Himchan..? Apa kau baik-baik saja?” Tanya Ah Raa ragu, sesungguhnya Ia turut pula merasakan sebuah gejolak yang aneh di dalam dadanya, ketika kenyataan yang mengatakan bahwa sesusungguhnya satu-satunya yang tak akan pernah bisa tergantikan bukanlah Hyorin melainkan Hara.

“Bagaimana dengamu?Setidaknya kita berada di dalam posisi yang sama saat ini”—dan lagi-lagi Himchan masih benar-benar nampak tenang dengan sebuah senyum kecil yang selalu nampak di wajahnya yang tampan itu.

Ah Raa memejamkan kedua matanya, dan perlahan salah satu tangannya nampak menahan sesuatu di dadanya, “Entahlah, Himchan—rasanya sakit sekali di dalam sini”

***

Kalimat complicated yang pagi tadi baru saja diutarakan Himchan kepadanya benar-benar membuat Ah Raa semakin kehilangan arahnya. Entah seberapa keras Ah Raa mencoba untuk sekedar memikirkannya, semakin keras pula kenyataan itu membuatnya sulit bernafas.

Kali ini tak ada lagi yang bisa Ia lakukan selain membiarkan seluruh dirinya memberontak.

Ia merindukan Zelo.

Ia merindukan Choi Junhong.

Laki-laki itu, laki-laki yang belakangan ini terus dan terus saja memenuhi segala benaknya.

Lagi-lagi Ah Raa kembali membenamkan dirinya di atas ranjang, dan sesaat terbesit di dalam pikirannya untuk segera meraih ponselnya, dan menghubungi Zelo entah bagaimana caranya, berteriak padanya untuk menghilang barang sejenak saja dari pikirannya, dan berhenti untuk menyiksanya seperti ini. Namun ketika Ah Raa baru saja ingin meraih ponselnya, sebuah panggilan masuk dari Hara berhasil membuat segala niat sebelumnya runtuh begitu saja.

“Hara?”

Hei—Ah Raa, bagaimana keadaanmu?Apa kau baik-baik saja?”

Ah Raa kembali termenung sesaat ketika suara cheerful Hara kini terdengar dari sebrang sana, sebagian dari dirinya ingin sekali menyambut panggilan Hara dengan penuh suka cita karena bagaimanapun Ia juga pula merindukan sosok Hara, namun sebagian dari dirinya yang lain seakan menolak untuk melakukannya, “Aku baik-baik saja, Hara. Bagaimana denganmu?—“—dan Zelo? Apa Ia baik-baik saja, Hara? Batin Ah Raa di dalam hatinya, Ia bahkan tak benar-benar merasa pantas untuk mengajukan pertanyaan seperti itu kepada Hara.

“Yeah. Sesungguhnya aku benar-benar ingin segalanya menjadi baik-baik saja, tetapi—semuanya pasti merasa berat saat ini, kan?” Hara mengucapkan kalimat yang persis seperti apa yang Himchan utarakan sebelumnya.

“Jadi, apa—“

“—bisakah kita bertemu  sekarang, Ah Raa?”

….

….

….

“Sekarang?”

Ya. Rasanya waktu yang aku miliki akan benar-benar habis”

Ah Raa menahan nafasnya sesaat dan kemudian mengulas sebuah senyum di wajahnya, sebuah senyum yang seakan baru saja mewakilkan segala perasaannya saat ini, sebuah senyum yang pertama kalinya Ia ulaskan tanpa sedikit saja perasaan bahagia, “Geurae. Mari kita bertemu, Hara”

.

.

.

“Apa aku membuatmu menunggu lama?Mianhae” Sosok Hara tiba-tiba saja muncul di hadapan Ah Raa, setelah berhasil membuatnya menunggu hampir sepuluh menit, karena bagaimanapun tempat ini memang benar-benar tak memiliki jarak yang begitu jauh dari rumahnya.

Ah Raa mengulas senyumnya, dan kemudian membiarkan Hara yang malam itu terlihat begitu cantik menempati sebuah kursi tepat di hadapannya, “Ahniyo. Aku juga baru saja tiba”

“Begitukah?”—dan  pada saat itu  seakan Hara benar-benar mengerti bahwa sepertinya belakangan ini Ah Raa telah mengalami masa-masa yang sulit. Sesungguhnya, ingin sekali Hara mengatakannya pada saat itu juga, menjelaskan padanya, bahwa Ah Raa tak menjadi satu-satunya yang paling merasa tersiksa, melainkan mereka semua pun turut pula merasakannya.

“Hara”

“Eung?”

Ah Raa menimbang-nimbang, menatap sosok Ah Raa penuh keraguan, namun seakan hatinya tak lagi dapat bertindak sesuai dengan apa yang Ia kehendaki, “Apa Zelo baik-baik saja?”

Kini baik Hara maupun Ah Raa, keduanya saling memandang penuh arti, entah bagaimana Hara harus mengatakan hal ini secara tiba-tiba, namun menurutnya mereka semua benar-benar tak memiliki pilihan lain, “—Aku sudah memikirkannya sejak lama, dan hal ini benar-benar menjadi yang terburuk dari semua pilihan yang tersisa”

“Hara..”

“Ah Raa, dengar! Entah itu Zelo ataupun Daehyun, keduanya benar-benar mengerti jika selamanya hubungan mereka tak akan pernah bisa kembali seperti semula, dan ketika salah satu di antara mereka harus pergi maka telah diputuskan bahwa Zelo yang akan melakukan—”

“—HARA!”

….

….

“Hentikan, Hara—aku hanya ingin mengetahui jika Zelo baik-baik saja. Hanya itu”—dan ketika itu kedua mata Hara akhirnya kembali mengerjap. Sesaat, Ia benar-benar berhasil dibuat terkejut oleh bentakan Ah Raa yang tiba-tiba saja menghentikan kalimatnya, dan pada saat itu Ia benar-benar mengerti bahwa Ia baru saja menyakiti wanita itu.

“Zelo tidak dalam keadaan yang baik-baik saja, Ah Raa, karena itu  telah Ia putuskan untuk segera pergi secepatnya. Maafkan aku, Ah Raa, kau tau? Tak ada hal yang bisa kulakukan untuk mencegahnya” Jelas Hara dengan penuh penyesalan yang nampak di kedua matanya kini, sementara Ah Raa benar-benar hanya terdiam, tanpa bisa mengatakan sepatah kata apapun lagi, satu-satunya yang kini bisa Ia harapkan hanyalah agar air matanya tidak menetes saat itu juga.

***

Langit pagi kala itu benar-benar nampak kelabu tak seperti biasanya. Sudah hampir satu minggu sejak pertemuan terakhir Ah Raa dan Hara yang pada akhirnya hanya menyisakan luka di hati keduanya, selama hari-hari yang tersisa pula itu tak juga Ah Raa pernah berniat sekali saja untuk membicarakan hal ini kepada siapapun, entah kepada Himchan ataupun kepada Daehyun yang bahkan hingga hari ini masih terus berusaha untuk menghindarinya.

Choi Ah Raa yang bertahan saat ini bukanlah lagi Choi Ah Raa yang sebelumnya mereka atau kita kenali. Tak banyak hal yang dapat Ah Raa lakukan ketika dunia seakan terus brusaha berpaling darinya, dan sesaat rasanya kini Ia benar-benar mengerti dengan apa yang Hara bicarakan kepadanya, pada hari itu.

“Apa kau akan pergi bersamanya?”

Hara memejamkan kedua matanya selama beberapa saat, dan kemudian kembali menatap Ah Raa dengan sebuah senyum, senyum yang seakan tak dapat menyembunyikan sedikit saja kebohongan di dalamnya, “Jika Ia menginginkannya, maka aku hanya akan pergi bersamanya”

“—waeyo?”

“Kau tau, Ah Raa? Di dalam kehidupan ini, akan tiba saatnya dimana dunia seakan mencoba dan terus berusaha berpaling darimu, dan ketika saat itu datang padaku—Zelo menjadi satu-satunya yang terus bertahan, Ia bahkan bersedia membagi tangisku untuknya, maka dari itu, apa aku harus memiliki alasan lain untuk tetap bersamanya ketika saat ini dunia seakan terus berusaha untuk berpaling darinya?”

Berikutnya, kalimat yang diutarakan Hara kala itu terus saja terngiang di dalam pikirannya, membuatnya hanya kembali termenung tanpa bersedia melakukan hal apapun, walau dapat sekali Ah Raa rasakan sebagian dirinya yang lain terus berusaha memberontak, memaksanya untuk melakukan tindakan yang setidaknya dapat  mencegah kepergian Zelo, atau bahkan hanya untuk bertemu dengannya sekali saja, namun lagi-lagi sebagian dirinya yang tersisa pun terus melakukan penolakan yang didasari oleh maksud dari pertemuannya dengan Hara di hari sebelumnya.

Ah Raa benar-benar mengerti jika saat itu Hara menyarankannya untuk segera menyerah, membiarkan sosok Zelo pergi begitu saja dari kehidupannya, dan menyisakannya sebagai sebuah kenangan manis yang akan Ia rindukan di masa yang akan datang.

Haruskah?

Haruskah, saat ini Ia menyerah begitu saja?

.

.

.

Hingga waktu terus berlalu, Ah Raa tak juga dapat menemukan jawabannya walau terdapat sebagian kecil dari dirinya yang terus berteriak bahwa Ia merindukan dan harus mempertahankannya.

***

“Zelo..”

“Ya?”

“Apa kau benar-benar tidak akan menyesal telah memutuskan untuk pergi?”—dan pada akhirnya seluruh perhatian Zelo kini benar-benar teralihkan, kedua manik matanya kini menatap sosok Hara yang sejak tadi terus berada di sisinya itu lekat, “Kau bisa kembali menarik keputusanmu, Hara” Ujar Zelo kemudian, begitu tenang seakan tak terdapat hal sekecil apapun yang kini tengah mengganggu pikirannya.

“Bukan aku, Zelo, tetapi Kau.”Kini giliran wanita itu yang menatap sosok Zelo lekat. Sungguh, Hara hanya benar-benar menginginkan segala yang akan membuat Zelo bahagia, dan jikalau suatu saat nanti Zelo akan menyesali keputusannya saat ini, Ia akan turut pula menjadi seseorang yang akan merasa bersalah.

“Kau tau? Tak terdapat satu pun hal yang akan ku sesalkan di kemudian hari, Hara”

Hara hanya terdiam tanpa kata ketika Zelo kembali berujar, dan sesaat sosok Ah Raa tiba-tiba saja terbesit di dalam benaknya.Apa yang saat ini tengah wanita itu pikirkan? Batinnya dalam hati. Kenyatannya, Hara hanya tak  benar-benar bisa mengerti dengan apa yang baik Ah Raa maupun Zelo saat ini tengah rasakan, dan lagi-lagi Hara hanya tak ingin keduanya menyesal di kemudian hari, hanya itu.

“Zelo..”Hara kembali mengandai-andai pada detik berikutnya, hampir sekiranya waktu 10 menit yang tersisa sebelum keberangkatan mereka.

“Ha—“

“—Kau mungkin akan kehilangannya seperti kau kehilangan Hyo”—dan ketika itu seakan tak lagi terdapat kehidupan di antara dan bahkan di sekitar mereka, keduanya kini bagai tenggelam ke dasar jurang yang terdalam, namun pada detik berikutnya Hara berhasil memecah keheningan tersebut, “Haruskah kita menunggunya lebih lama lagi?”

Zelo seakan kehabisan kata-katanya setelah semua yang Hara terus katakan dan hal itu nyatanya terus memaksanya untuk memutar keras otak dan segala pemikirannya, karena berkali-kali yang terpintas d dalam benaknya hanyalah wanita itu Choi Ah Raa.

Namun pada akhirnya sebuah pemberitahuan yang mengatakan bahwa waktu penerbangan mereka akan semakin dekat berhasil menghapuskan segala pemikiran yang sempat meracuni segala macam benak Zelo, dan setelah memejamkan kedua matanya selama beberapa saat, dan mencoba untuk menarik nafasnya dalam-dalam, kedua sorot manik mata Zelo kembali menatap sosok Hara yang hingga saat ini tak pernah sedikitpun atau bahkan sekalipun beranjak dari sisinya, “Kau tak perlu menunggunya, Hara, karena Ia tak akan pernah datang” Ujar Zelo dan kemudian segera beranjak dari posisinya dan bersiap untuk melangkah pergi, meninggalkan sosok Hara yang masih sejenak termenung kala itu.

Menatap kepergian Zelo saat itu, Hara pun melakukan hal yang sama seperti apa yang Zelo lakukan sebelumnya, menarik nafasnya dalam-dalam seraya berusaha menyakini dirinya bahwa semua yang Ia dan Zelo lakukan saat ini hanya sekedar untuk membuat Zelo bahagia, hanya itu, dan kemudian ketika sebuah pemikiran terbesit di dalam benaknya, tanpa ragu Hara pun turut melangkah menyusul sosok Zelo yang kini hanya berjarak beberapa meter dari posisinya, dan saat itu pula Ia benar-benar yakin bahwa masih terdapat kehidupan lain yang menanti mereka di kejauhan sana.

‘Bagaimanapun Ah Raa telah menyia-nyiakan kesempatan yang Ia berikan, dan sekarang Ia benar-benar menyadari jikalau Ah Raa bukanlah yang terbaik untuk Zelo, dan Ia sangat merasa bersyukur akan hal itu, karena sekali lagi Hara hanya menginginkan kebahagian Zelo yang abadi’

***

Keesokan harinya, dimana dunia seakan tak lagi mempedulikan entah hal-hal macam apa yang telah terjadi pada mereka. Seperti biasa, Himchan dan Daehyun nampak tengah melangkahkan kedua pasang kaki mereka, menelusuri tiap koridor yang akan membawa mereka ke kelas, namun tak dapat di temukan secarik senyum yang biasanya selalu terlukis kan di wajah tampan Himchan, karena bagaimanapun wanita itu telah benar-benar pergi dan—BRUGH!

“Ah Raa?”

Himchan dan Daehyun, kedua laki-laki itu kini menatap sosok Ah Raa yang masih tersungkur di lantai tak mengerti, dan berikutnya Himchan putuskan untuk membantu Ah Raa untuk berdiri, sementara masih seperti sebelumnya Daehyun lebih memutuskan untuk melanjutkan langkahnya, meninggalkan kedua sosok yang sama-sama menyedihkan itu untuk bisa berbicara lebih leluasa.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Himchan ketika kini mereka berdua tengah berbicara satu sama lain.

Ah Raa mengangkat bahunya tanpa menatap Himchan sedikitpun, “Entahlah. Apa aku terlihat baik-baik saja?”

“Kau tidak terlihat baik.Sama sekali” Himchan kemudian menambahkan dengan cepat.

Sementara Ah Raa masih nampak tidak memberikan respon apapun, hingga akhirnya kalimat yang berikutnya Himchan ujarkan berhasil membuatnya bergeming dan berusaha berpikir keras, “Apa yang kau bicarakan?Keputusan?Kau bercanda? Aku tidak memiliki hak apapun untuk mengambil keputusan, Himchan”

“Begitu menurutmu?” Himchan mengandai-andai, “Sepertinya terjadi kesalahpahaman disini, dan semuanya benar-benar seperti apa yang ku bayangkan”

“Himchan?”

Himchan mengulas senyum pahitnya, dan kemudian seketika pandangan keduanya kini bertemu satu sama lain, “Kau memiliknya, Ah Raa. Hari itu hingga kemarin, Hara telah membiarkan kau menjadi satu-satunya yang memegang kendali, dan sekarang rasanya keputusanmu kali ini benar-benar akan menjadi yang terbaik untuk kita semua, benarkan?”—dan kemudian pada saat itu juga butiran-butiran air mata Ah Raa mulai menetes, dan perlahan mengalir menuruni pemukaan pipinya. Rasanya hal yang baru saja Himchan utarakan benar-benar berhasil membuat reruntuhan batu besar itu menenggelamkannya ke dasar jurang, “J—jadi, aku?”

.

.

“Ya—dan sekarang aku hanya akan  mencoba mengerti. Terima kasih”

EPILOG

 

“Rasanya sudah cukup lama sejak terakhir kali kita semua berkumpul seperti ini, kan?” Hara mengulas senyumnya, kedua pasang manik matanya menatap ketiga pasang manik mata yang lainnya secara bergantian penuh harap, namun tak dapat Hara temukan sepercik saja kebahagian di setiap pasang mata itu, “—Hei! Kalian benar-benar membuatku sedih” Tambahnya lagi penuh kekecewaan.

.

.

“Kapan tepatnya kalian akan pergi?”Tanya Daehyun tiba-tiba memecah keheningan yang sesaat terjadi di antara mereka, membuat sepasang mata Hara kini menatapnya penuh binar, “Hoahh sepertinya kau benar-benar sudah tidak sabar kehilanganku, Jung Dae?”Hara berujar dan kemudian tertawa kecil.

“Tidak seperti itu, Hara” Daehyun menatap Hara penuh arti, walau sesungguhnya Ia masih merasa sedikit awkward terhadap Hara atas kejadian terakhir kali.

Hara mengulas senyumnya dan kemudian mengacak-acak rambut Daehyun yang sejak tadi terduduk di hadapannya, “Arraseo.Aku hanya bercanda” Hara kembali tertawa kecil, namun siapapun tau bahwa saat ini Hara tak tengah bersungguh-sungguh mengulas tawanya, sama seperti yang lainnya, mungkin Hara menjadi yang paling terpukul atas kejadian ini, “Maafkan aku atas kejadian terakhir kali, Dae. Kau tau? Aku benar-benar menyayangimu, karena itu please, jangan pernah membenciku”

“—hei hei! Jangan menangis!”Daehyun tanpa sadar ikut mengulas senyumnya dan kemudian dengan segera menghapus jejak air mata di wajah Hara, sementara kedua laki-laki yang tersisa hanya nampak tengah termenung dengan pikiran mereka masing-masing. Namun setidaknya setelah ini, satu saja kesalahpahaman di antara mereka telah terselesaikan, dan mengenai apa yang baru saja Hara katakan Ia benar-benar tak berbohong, Ia menyayangi Daehyun sama seperti Ia menyayangi Zelo dan Himchan.

Berikutnya nampak sekali jika sepertinya Hara sudah benar-benar tidak sabar untuk berbicara mengenai hal yang lebih serius pada Himchan, sesosok laki-laki yang sejak tadi hanya terus termenung dalam diam, dan sesungguhnya Hara benar-benar tau apa yang terdapat di dalam pikiran laki-laki itu kini, dan nyatanya hal itu benar-benar menyakitinya.

Pada akhirnya ketika Hara dan Himchan memutuskan untuk sejenak beralih dari tempat itu dan menemukan waktu sesaat untuk keduanya saling berbicara, kini yang tersisanya hanyalah sosok Zelo dan juga Daehyun yang seketika pula layaknya dua lelaki asing yang sebelumnya tak pernah saling mengenal.

“Ini benar-benar awkward!Seharusnya mereka tak meninggalkan kita seperti ini” Daehyun menggerutu tak jelas dan ketika Ia baru saja berniat untuk bangkit dari tempatnya, tiba-tiba saja Ia mengurungkan kembali niatnya dan hanya menatap Zelo tak mengerti, “Besok?”

“Lebih cepat lebih baik, kan?”

Di sisi lain Himchan yang saat itu pula tengah melangkahkan kedua kakinya bersama Hara, tiba-tiba saja menghentikan langkahnya seketika dan menatap sosok wanita itu lekat, “Sorry for what exactly?”—dan kemudian Hara hanya turut pula menghentikan langkahnya.

“Entahlah, Himchan. Aku hanya—“

“Tak adakah cara lain yang bisa kau—atau aku lakukan?”

“Aku telah melepas semua kesempatan itu untuk Choi Ah Raa, Himchan”

Daehyun menatap Zelo kesal, sesungguhnya Zelo yang begitu tertutup seperti ini seringkali membuatnya merasa gerah, tetapi—ketika semua hal yang terjadi telah berujung pada hal seperti ini, rasanya sedikit sulit untuk Daehyun kembali membenci sosok Zelo, “Kau bahkan menyadarinya, Zelo, kau tak perlu melakukannya hingga sejauh ini!”

Wae?”

“Walaupun kita berdua sama-sama mengerti bahwa sepertinya mulai saat ini segalanya tak akan pernah bisa kembali seperti semula, namun setidaknya kau tak perlu melakukannya—meninggalkannya” Tutur Daehyun, dan kemudian menghela nafasnya berat, rasanya sedikit menyulitkan dirinya untuk hanya sekedar berbicara seperti ini secara serius kepada Zelo, karena untuk sebelumnya hubungan di antara mereka berdua memang tidak begitu baik seperti apa yang terlihat selama ini.

Zelo bergelik sesaat dan kemudian menatap Daehyun tenang, “Meninggalkan?Siapa yang kutinggalkan?Kau?”

“Ketika kau memutuskan untuk melakukannya saat ini, maka di kemudian hari, jangan pernah mencoba bahkan sekedar berpikir untuk mendapatkannya kembali” Daehyun berujar, dan nyatanya kalimat yang baru saja Ia utarakan lebih terdengar sebagai sebuah gertakan tanpa arti yang sepertinya entah Ia bersungguh-sungguh ataupun tidak.

“Aku mengerti. Terima kasih, Daehyun”

.

.

Himchan menghela nafasnya berat dan kembali menatap Hara lekat seraya semakin mendekatkan langkahnya pada sosok wanita itu, “Apa yang sebenarnya kau rencanakan, Hara?”

“Choi Ah Raa” Hara mengandai-andai, dan kemudian mengulas sebuah senyum pahit kepada laki-laki itu, “Mulai hari itu hingga esok, semua keputusan berada di dalam genggamannya, dan tak satupun dari kita dapat mencoba untuk mengacaukannya. Maafkan aku, Himchan”

“Sudahlah, jangan menangis—hei!”—dan ketika itu air mata Hara semakin menyeruak menuruni permukaan pipinya, “Aku akan merindukanmu Himchan, dan Daehyun—menjaganya dengan baik, kau tau, kan? Terkadang Ia sedikit tak terkendali” Hara berusaha untuk mengulas senyum kecilnya, walau sesungguhnya entah itu perasannya atau sebagain dari dirinya yang lain kini benar-benar terasa menyiksa, menatap sepasang manik mata Himchan saat itu benar-benar semakin membuatnya sulit bahkan hanya untuk sekedar bernafas.

“Kau akan baik-baik saja, kan?” kedua manik mata Himchan masih menatap lekat sosok Hara, dan tepat ketika Hara baru saja ingin membuka mulutnya di sela-sela isak tangis dalam diamnya, suara Zelo dari kejauhan sana tiba-tiba saja terdengar, seakan mengisyaratkan jikalau waktu mereka telah benar-benar habis, dan kemudian hanya dengan sebuah senyum kecil yang dengan penuh rasa paksa terlukis di wajahnya, Hara menepuk pelan bahu Himchan, dan kemudian segera berlalu dari pandangannya.

Himchan hanya terdiam menatap kepergiaan sosok Hara kini dalam bayang-bayang kelabunya.Ia mengerti, mengerti sekali jikalau semua yang saat ini mereka lakukan benar-benarlah yang terbaik, namun sesaat terbesit di dalam benaknya sebuah harapan kecil yang seakan tak henti-hentinya memberikan mereka sebuah harapan.

Choi Ah Raa? Kau akan melakukannya, kan?

Benar.Ia pasti akan melakukannya

Jika tidak? Entah Ia hanya akan benar-benar mencoba mengerti atau tidak.

So, what are you looking for?

 

THE END.

Haiiii ### aku minta maaf yaa akhirnya setelah sekian lama :”(

Aku tau ini bukan akhir yang baik tetapi aku udah nyoba segala yang terbaik di tengah kesibukanku menuju jenjang yang lebih jauh saat ini xoxo /tebar bunga/

Lalu, untuk juga semua komen yang selama ini masuk dan terus support ff ini hingga akhir aku bener-bener terima kasih yaa, aku emang ga bisa langsung bales satu-satu tapi setiap ada komen yang masuk itu langsung ke notif dan langsung aku baca dengan takut-takut hehe

So, untuk semuanya harus tetep semangat dan sekali lagi aku berterima kasihh /bagiin Zelo stau-satu/ dan pula karena di cerita ini mereka berada di high school maka ga akan menutup kemungkinan kisah mereka akan terus berlanjut, tapi aku ga janji yaa xoxo

Goodbye, and take care.

4 thoughts on “What are you lookin’ for? [Chapter 6]

  1. Uaaaaa! Aku udah nunggu lama 😦 aku masih ga ngerti cerita sama part ini ._. Aku juga masih bingung sebenernya zelo sama hara itu ada apa. Tapi kalo emang bakal ada lanjutannya ku tunggu banget ><

  2. miiiiiiiiiin, aku tunggu kelanjutannya lagi kalau memang akan ada kelanjutannyan. masih kurang puasss. hahaha aku udah nunggu dari tahun lalu miiin. semangat terus yaaa buat bikin ff terutama yg ada tokoh zelonya!

    • Haiiii /pelukcium/ aduh aku terharu bgt masih ada yg inget sama aku :”))) mkasihh yaa udah mau baca dan nungguuu, kalo ada waktu pasti aku lanjutinn. Fightingg

Leave a reply to Min Hyo Cancel reply